Minggu, 24 Maret 2013

Catattan-aku_ Cerita_believe or don't believe (sekedar coretan) Pascal's Wager at mimpi kosong mimpi isi








Taruhan (wager) ini diundangkan oleh Blaise Pascal, seorang ahli matematika perancis pada abad ke-17. Menurut Pascal, lebih baik percaya bahwa Tuhan itu ada, sebab dengan percaya, maka resiko yang ditanggung akan lebih kecil.

Dengan percaya akan adanya Tuhan, jikapun salah,ternyata Tuhan tidak eksis, tidak ada akhirat, tak ada surga atau neraka, maka ya sudah, toh tidak akan rugi sama sekali. Namun sebaliknya, jika sekarang terlanjur tidak percaya dan ternyata Tuhan benar-benar ada, maka kemalangan yang kelak akan diterima.
Taruhan Pascal bisa dianalogikan dengan seseorang yang membawa payung. Jikapun tidak hujan, jika membawa payung kita juga tidak rugi. Tapi, jika hujan ternyata benar turun, maka yang membawa payung akan aman, sedang yang tidak membawa payung akan kebasahan.

Tampaknya taruhan Pascal adalah jenis taruhan yang tidak akan rugi. Akan lebih aman untuk percaya daripada tidak, karena dengan tidak percaya berarti mengambil resiko teramat besar.

Namun, tesis Pascal bukan tanpa kritik sama sekali. Pengkritik bukan saja berasal dari kalangan yang “tidak percaya” , melainkan juga dari kalangan agamawan. Berikut beberapa kritik tersebut:

Pertama, kata kunci dari Pascal adalah “percaya”. Sedang percaya bukanlah sesuatu yang dapat dikontrol. Ambil contoh legenda tangkuban perahu. Legenda menyatakan Gunung Tangkuban Perahu berasal dari perahu yang terbalik. Bagi orang yang tidak percaya , dia tidak akan berubah jadi percaya meskipun cerita ini diulang berulang-ulang kali sekalipun. Ini pula yang mendasari argumen bahwa “percaya” bukan sesuatu yang dapat diatur begitu saja. Dalam konteks kritik, seseorang bisa saja akan pergi ketempat ibadah, tetapi jika memang tidak percaya, maka seluruh ibadah tidak akan dilaksanakan dengan ketulusan.

Kedua, masih berhubungan dengan “percaya”. Pengkritik mempertanyakan, apa sih yang istimewa dari percaya? Kenapa Tuhan Nampak begitu peduli dengan percaya? Bagaimana jika rasa percaya itu ternyata hanya penuh kepura-puraan? Kenapa bukan kejujuran dan niat mencari kebenaran yang justru jadi nilai tertinggi? Deretan pertanyaan ini bisa mewakili keberatan-keberatan dipoin kedua akan status kemutlakan “percaya” dibandingkan nilai-nilai lain.

Ketiga, taruhan Pascal akan tampak seperti transaksi dagang antara manusia dan Tuhan. Tuhan seolah-olah akan menukar rasa percaya manusia dengan kenikmatan hari akhir. Ini akan mendorong tindakan manusia dimotifkan untuk medapatkan imbalan, bukan sebuah pengabdian yang murni kepada-Nya

Keempat, taruhan Pascal tidak menjamin manusia yang percaya benar-benar aman. Bumi ini telah menjadi rumah berbagai macam agama. Setiap agama mempunyai konsep Tuhan dan kebenaranya sendiri. Sebagian besar agama juga memiliki konsep penyelamatan yang ekslusif. Artinya, hanya umat seagama yang kelak akan selamat. Berbekal paradigma ini, percaya saja belum merupakan jaminan, karena mempercayai Tuhan yang salah juga berakhir pada petaka. Dan kenyataanya, setiap agama yakin dirinya benar, sedang yang lain salah.

Begitulah, Pascal’s Wager dan beberapa kritiknya. Corat-coret ini bukan ditujukan untuk mendorong agar jadi percaya atau tidak percaya, tetapi mungkin berguna sebagai persangsang untuk merenungi apapun  yang sekarang sedang kita percayai atau tidak percayai. Merenung dalam kerangka positif untuk kemudian memunculkan tindakan yang semakin baik dan arif.

Sumber ; mimpi kosong mimpi isi (Syahfril Hernendi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar